Contoh Laporan Karya Ilmiah OPSI 2023 (Pemanfaatan Sampah Daun Kering sebagai Bahan APE)
Website Nasty Jumpa lagi dalam postingan yang mungkin sangat anda perlukan, Silahkan baca infonya dibawah ini.
Contoh Laporan Karya Ilmiah OPSI 2023 (Pemanfaatan Sampah Daun Kering sebagai Bahan APE)
Berikut ini dibagikan contoh Laporan Karya Ilmiah OPSI Jenjang SMP/MTs Tahun 2023 tentang Pemanfaatan Sampah Daun Kering sebagai Bahan APE (Alat Peraga Edukatif).
Laporan Karya Ilmiah tentang Pemanfaatan Sampah Daun Kering sebagai Bahan APE ini dapat menjadi referensi guru dalam membimbing peserta didik mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia, Kemendikbudristek.
Contoh Laporan Karya Ilmiah ini memaparkan penelitian di bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa tentang pemanfaatan sampah daun kering sebagai bahan APE (Alat Peraga Edukatif), yaitu Peta Relief Indonesia.
Judul Penelitian :
Pemanfaatan Sampaj Daun Kering Sebagai Bahan Pembuatan Alat Peraga Edukatif
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah daun kering kering adalah salah satu jenis sampah organik yang dihasilkan dari bahan hayati. Daun kering merupakan sampah yang keberadaannya dapat mengganggu jika tidak dikelola dengan tepat.
Di dalam jumlah yang banyak, daun kering yang berserakan akan menyebabkan lingkungan menjadi kotor. Kegiatan membakar daun kering di area terbuka, selain memicu pemanasan global juga menghasilkan materi yang mengandung senyawa beracun. Pembakaran daun kering menghasilkan karbon monoksida yang dapat menyebabkan polusi udara dan menggangu pernapasan manusia.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah daun kering sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Kondisi ini pun terjadi di lingkungan SMP Negeri 1 Pringapus, dimana potensi penumpukan sampah daun kering cukup tinggi.
Dengan area lahan yang luas dan semakin banyaknya pepohonan, menyebabkan volume sampah daun kering di SMP Negeri 1 Pringapus makin meningkat. Selama ini, untuk mengatasi terjadinya penumpukan sampah, petugas kebersihan dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir, yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah, dan dibakar.
Pembakaran sampah ini kadang mengganggu proses pembelajaran, karena asap yang ditimbulkan terbawa angin dan masuk ke kelas-kelas disekitar tempat pembakaran. Selain mengganggu proses pembelajaran, asap pembakaran sampah ini menyebabkan iritasi pada mata serta gangguan pernapasan guru dan peserta didik.
Tumpukan sampah yang tidak segera dibakar, juga menimbulkan bau yang menyengat. Sampah daun kering sebenarnya dapat didaur ulang untuk dijadikan barang yang berguna. salah satunya sebagai bahan pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE).
Sampah daun kering memiliki kandungan selulosa cukup baik, sehingga dapat diolah menjadi bubur kertas dengan teknologi bernama pulping. Bubur kertas ini nantinya sebagai bahan baku dalam pembuatan Alat Peraga Edukatif.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan sampah daun kering di lingkungan SMP Negeri Negeri 1 Pringapus sebagai bahan baku pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE), yaitu Peta Relief Indonesia. Peta Relief Indonesia ini nantinya dapat menjadi alat peraga pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau mata pelajaran lain yang memanfaatkan media tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembuatan Alat Peraga Edukatif Peta Relief Indonesia berbahan sampah daun kering?
2. Apakah Peta Relief Indonesia berbahan sampah daun kering efektif sebagai Alat Peraga Edukatif?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan proses pembuatan Alat Peraga Edukatif Peta Relief Indonesia berbahan sampah daun kering.
2. Untuk mengetahui efektivitas Peta Relief Indonesia berbahan sampah daun kering sebagai Alat Peraga Edukatif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah, khususnya di bidang ilmu pengetahuan teknik dan rekayasa.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitan ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang baik dalam mengatasi permasalahan sampah di sekolah dan sebagai alternatif guru dalam membuat Alat Peraga Edukatif (APE) berbahan sampah daun kering.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Sampah Daun Kering
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008). Bahrin dkk (2011) menyatakan bahwa komposisi dan karakteristik sampah berhubungan langsung dengan sumber sampah.
Oleh karena itu, sampah padat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik . Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah juga dapat digolongkan menjadi sampah yang dapat membusuk (garbage), sampah yang tidak membusuk (refuse), serta sampah yang berupa debu dan abu.
Daun kering adalah salah satu sampah organik yang mudah membusuk. Sampah daun kering dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable (Basriyanta, 2007).
Daun kering dapat diartikan sebagai daun yang sudah lama gugur atau sudah lama jatuh dari pohon sehingga daunnya menjadi kering. Daun kering menjadi satu produksi sampah organik yang cukup banyak terdapat didaerah tropis seperti halnya Indonesia.
Apabila tidak dikelola dengan baik dan tepat, maka sampah daun kering ini akan menimbulkan permasalahan lingkungan dan kesehatan. Timbunan daun kering yang membusuk dapat menjadi bahan pencemaran lingkungan.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Sampah daun kering selain menyebabkan polusi udara, juga dapat mengganggu kesehatan manusia. Asap yang dihasikan dari pembakaran sampah daun kering menyebabkan iritasi mata dan jika terhirup akan mengganggu pernapasan.
Pengelolaan sampah, seperti halnya sampah daun kering menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dapat dilakukan dengan pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah bisa dalam bentuk pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah; dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan penanganan sampah antara lain dengan cara pemilahan sampah berdasarkan jenis dan sifatnya atau mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
B. Kajian tentang Alat Peraga Edukatif
Alat Peraga Edukatif (APE) merupakan seperangkat instrumen, baik merupakan metode atau cara maupun perkakas yang digunakan seseorang dalam rangka mendidik anak dengan menekankan konsep bermain sambil belajar.
Alat peraga edukatif adalah serangkaian alat yang digunakan peserta didik, orang tua, maupun pendidik dalam meningkatkan fungsi intelegensi, emosi dan spiritual peserta didik. Dengan penggunaan alat peraga edukatif, akan muncul kecerdasan dan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik dapat lebih optimal.
Apabila dipandang dari sudut pandang materialnya, alat peraga edukatif terdiri dari berbagai jenis yang dapat mengembangkan daya berpikir (kognisi), cipta Bahasa motorik, dan keterampilan anak. (Ismail dalam Sunjahi, 2020).
Alat peraga edukatif berbeda dengan alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif adalah semua alat yang digunakan untuk memenuhi naluri bermainnya, sedangkan alat peraga edukatif adalah alat peraga yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran. (Tedjasaputra, 2001).
Menurut Syamsuardi (2012), alat peraga edukatif adalah alat yang dirancang khusus sebagai alat untuk bantu belajar dan dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Alat Peraga Edukatif (APE) adalah alat peraga yang digunakan untuk membantu pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kecerdasan dan potensi belajar peserta didik berdasarkan usia dan tingkat perkembangannya.
C. Kajian tentang Alat Peraga Peta Relief Indonesia
Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Akan tetapi, secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu.
Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan atau skala tertentu (Nasution, 2016).
Menurut Munir (2012), pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar dari permukaan bumi dengan skala tertentu.
Peta dapat difungsikan untuk alat peraga dalam proses pembelajaran. Sebagai alat peraga pembelajaran, peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer.
Di dalam penelitian ini, peneliti membuat peta konvensional berupa relief Indonesia sebagai alat pembelajaran edukatif dengan bahan sampah daun kering. Peta relief adalah peta yang menunjukkan bentuk permukaan bumi dalam tiga dimensi.
Di dalam peta relief, daerah yang lebih tinggi ditandai dengan warna lebih terang, sedangkan daerah yang lebih rendah ditandai dengan warna lebih gelap (Munir, 2012).
Pembuatan Alat Peraga Edukatif berupa Peta Relief Indonesia ini dilakukan dengan teknik pulping untuk menghasilkan bubur kertas (pulp). Pulp merupakan hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (dalam penelitian ini adalah daun kering). Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Tujuan utama dari pembuatan pulp adalah memisahkan selulosa (serat-serat) dari bahan-bahan lainnya.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Pringapus yang beralamatkan di Jalan Siswa Desa Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Penelitian dilaksanakan selama satu minggu, mulai dari tanggal 14 sampai dengan 19 Agustus 2023.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan angket. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada petugas kebersihan untuk mengetahui pengelolaan sampah di SMP Negeri 1 Pringapus.
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung proses pengelolaan sampah daun kering di SMP Negeri 1 Pringapus. Sedangkan angket digunakan untuk mengukur kelayakan dan efektivitas produk yang dihasilkan menurut ahli.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Alat
a. Kompor gas
b. Panci
c. Blender
d. Ember/tong h. Triplek berbingkai ukuran 1,5 m x 1 m
e. Baskom
f. Pengaduk
g. Penyaring
2. Bahan
a. Sampah daun kering
b. Lem kayu
c. Cat kayu
d. Air
e. Soda Api (NaOH)
………
Contoh Laporan Karya Ilmiah OPSI jenjang SMP/MTs Tahun 2023 tentang Pemanfaatan Sampah Daun Kering sebagai Bahan Alat Peraga Edukatif selengkapnya dapat dibaca dan di unduh pada tautan berikut.
Laporan Karya Ilmiah (Bab I – V) – Unduh
PPT – Unduh
Demikianlah postingan ini, jika menurut Anda Bermanfaat silahkan SHARE, Terimakasih
@Salam Website Nasty
0 Response to "Contoh Laporan Karya Ilmiah OPSI 2023 (Pemanfaatan Sampah Daun Kering sebagai Bahan APE)"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar dengan Jelas dan Sopan