3 Bentuk Kegiatan Kokurikuler, Salah Satunya Kolaborasi Lintas Disiplin Ilmu
3 Bentuk Kegiatan Kokurikuler, Salah Satunya Kolaborasi Lintas Disiplin Ilmu
Kegiatan kokurikuler dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama yang dapat dipilih dan dikembangkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik murid dan konteks satuan pendidikan.
Kokurikuler pada pendidikan kesetaraan dilaksanakan paling sedikit melalui pemberdayaan dan keterampilan. Kokurikuler pada satuan PAUD dapat diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler atau diberikan tema dan alokasi waktu tersendiri. Integrasi dapat dilakukan selama tujuan dan hasil pembelajaran untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan.
Berikut adalah 3 bentuk utama kegiatan kokurikuler.
1. Kegiatan Kokurikuler Melalui Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu
Pembelajaran kolaboratif lintas disiplin merupakan kegiatan kokurikuler yang mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran dalam satu tema yang relevan dengan kehidupan nyata murid. Tujuannya adalah membantu murid melihat keterkaitan antarilmu sebagai upaya mengembangkan delapan dimensi profil lulusan serta memperdalam pemahaman melalui pengalaman kontekstual.
Tema yang akan digunakan dapat ditentukan oleh satuan pendidikan dengan didasarkan pada hasil analisis potensi dan kebutuhan satuan pendidikan serta dimensi profil lulusan yang perlu ditingkatkan.
Lintas disiplin ilmu di PAUD dapat dipahami seperti layaknya lintas aspek perkembangan pada elemen Capaian Pembelajaran PAUD. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAUD yang holistik.
Contohnya satuan pendidikan X mengembangkan tema “Lingkunganku Sehat, Aku Kuat” sebagai upaya pencapaian dimensi kesehatan, penalaran kritis, dan kolaborasi. Tema ini mengajak murid untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka, mengenali masalah kebersihan dan kesehatan, serta merancang kampanye untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Kegiatan ini melibatkan integrasi beberapa mata pelajaran, yakni IPAS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Seni dan Budaya, dengan peran yang saling melengkapi. Dalam mata pelajaran IPAS, murid diajak untuk mengamati kondisi lingkungan di sekitar rumah atau satuan pendidikan, mengidentifikasi jenis-jenis sampah, serta memahami pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.
Temuan-temuan
tersebut kemudian diolah dalam mata pelajaran Matematika, di mana murid
belajar mengumpulkan dan menyusun data dalam bentuk tabel, grafik
batang, atau diagram lingkaran sederhana. Setelah itu, mereka mengolah
hasil pengamatan dan data tersebut menjadi laporan atau narasi dalam
pelajaran Bahasa Indonesia, serta menuliskan pesan kampanye kebersihan
dan
kesehatan.
Seni dan Budaya sebagai penerapan keterampilan dan mengembangkan kreativitas digunakan untuk mendesain poster, brosur, atau media visual lainnya. Poster tersebut dapat berisi ajakan menjaga kebersihan, slogan singkat, serta ilustrasi yang menarik. Pada akhir kegiatan, murid mempresentasikan hasil proyek mereka di depan kelas.
Dari ilustrasi di atas, pengembangan pembelajaran kokurikuler kolaboratif lintas disiplin ilmu dapat digambarkan pada Alur di bawah ini.

2. Kegiatan Kokurikuler melalui Gerakan 7 KAIH
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) berbasis kebiasaan dan pembelajaran mendalam yang mengedepankan pembelajaran penuh kesadaran (meaningful learning), bermakna (mindful learning), dan menyenangkan (joyful learning).
Dalam rangka mencapai sebuah kebiasaan diperlukan pembiasaan, dan
pembiasaan memerlukan ekosistem pendukung yang dilakukan bersama
mitra yang disebut dengan Catur Pusat Pendidikan.
Kegiatan kokurikuler G7KAIH ini fokus pada pembentukan karakter murid melalui pembangunan pembiasaan positif yang dilakukan secara rutin, konsisten, dan terencana. Ketujuh kebiasaan tersebut meliputi: 1) Bangun pagi; 2) Beribadah; 3) Berolahraga; 4) Makan sehat dan bergizi; 5) Gemar belajar; 6) Bermasyarakat, dan 7) Tidur Cepat.
Sebagai kegiatan kokurikuler, G7KAIH bukan sekedar ajakan moral atau slogan harian, melainkan bagian dari proses pendidikan karakter yang perlu dirancang melalui identifikasi kebutuhan, tujuan yang jelas, langkah pelaksanaan yang sistematis, pendampingan, dan asesmen untuk merefleksikan perubahan kebiasaan dan sikap murid. Pada satuan PAUD, kegiatan kokurikuler G7KAIH dapat diintegrasikan dengan intrakurikuler selama tema dan kegiatan terkait dengan 7KAIH.
Kegiatan kokurikuler G7KAIH perlu memperhatikan persyaratan, antara lain;
a. tujuan memperkuat minimal satu dari delapan dimensi profil lulusan;
b. memperhatikan paduan antara aktivitas pembiasaan dan pengolahan lanjut hasil catatan harian; dan
c. asesmen boleh dikaitkan dengan satu atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran yang relevan.
Implementasi 7KAIH dapat dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas yang menggembirakan, seperti jurnal kebiasaan harian, tantangan kelas mingguan, kampanye kebiasaan baik, turun ke lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama, riset, hingga aksi kolaboratif antar kelas atau tingkat.
Berikut gambaran tahapan Pengembangan kegiatan kokurikuler G7KAIH:

Penguatan karakter melalui G7KAIH dilakukan beberapa tahapan, antara lain penentuan dimensi profil lulusan, penentuan tema, penentuan pembiasaan (pelaksanaan G7KAIH), penyusunan perencanaan kokurikuler, pelaksanaan kokurikuler, dan evaluasi dan tindak lanjut.
Penentuan tema dalam kegiatan kokurikuler wajib memperhatikan dimensi profil lulusan yang ingin dicapai, sekaligus menentukan pembiasaan yang akan dilakukan. Pembiasaan ditentukan dengan memperhatikan aktivitas kebiasaan yang akan dilakukan dan dukungan dari Catur Pusat Pendidikan guna membangun ekosistem pendukung.
Dalam penyusunan perencanaan memperhatikan praktik pedagogis yang dilakukan, lingkungan dan kemitraan pembelajaran, pemanfaatan teknologi digital, aktivitas kegiatan yang dilakukan, dan evaluasi dan tindak lanjut.
Pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama, yaitu (1) membangun kesepakatan antara guru dan murid sebagai upaya membangun kesadaran sekaligus menjelaskan pelaksanaan kegiatan kokurikuler yang akan dilakukan (catatan harian, aktivitas pendampingan, dan refleksi); (2) melaksanakan kebiasaan dan melakukan monitoring serta melakukan pembahasan secara berkala hasil evaluasi dari kebiasaan yang dilakukan melalui catatan harian atau jurnal (jurnal kebiasaan harian, tantangan kelas mingguan, kampanye kebiasaan baik, turun ke lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama, riset, hingga aksi kolaboratif antar kelas atau tingkat); (3) melakukan diseminasi dan advokasi dengan memberikan materi-materi penting dan berinteraksi dengan praktisi maupun narasumber terkait dengan kebiasaan; dan (4) membangun kemitraan.
Pada tahapan evaluasi terdiri asesmen dan evaluasi serta tindak lanjut. Asesmen yang dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi setelah dilakukan pembiasaan. Evaluasi yang dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan kokurikuler, dengan melihat masukan (input), proses (process), hasil (outcome. Tindak lanjut merupakan kebijakan atau program atau aktivitas yang akan dilakukan setelah melihat hasil asesmen dan evaluasi untuk menyempurnakan keluaran maupun hasil yang dicapai yang dihasilkan
3. Kegiatan Kokurikuler melalui cara lainnya
Bentuk kegiatan kokurikuler dalam kategori cara lainnya berupa kegiatan kokurikuler ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal dan kegiatan-kegiatan berbasis nilai-nilai satuan pendidikan, dan kegiatan satu disiplin ilmu yang dalam aktivitasnya terjadi kolaborasi beragam keilmuan dan keahlian.
Di dalam hal ini, satuan pendidikan diberi kebebasan untuk mengembangkan bentuk kegiatan kokurikuler lain yang sesuai dengan nilai-nilai satuan pendidikan, potensi satuan pendidikan, kebutuhan murid, dan konteks lokal, sepanjang kegiatan tersebut memenuhi kriteria kokurikuler.
Kegiatan yang dirancang oleh satuan pendidikan berdasarkan keunikan lokal, nilai-nilai khas satuan pendidikan, potensi yang berkembang di masyarakat sekitar, dan kekayaan budaya atau sosial di daerah tersebut. Misalnya, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan kelas membatik, belajar permainan tradisional, praktik bertani atau berkebun, sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan lokal sekaligus menanamkan kecintaan terhadap lingkungan dan budaya sendiri.
Kegiatan berdasarkan nilai-nilai khas lembaga atau yayasan, seperti nilai keislaman di satuan-satuan Pendidikan dan/atau pondok pesantren yang berafiliasi dengan lembaga keislaman, nilai kristiani di satuan pendidikan Kristen/Katolik, atau terafiliasi dengan Lembaga agama lainnya.
Kegiatan dari monodisiplin seperti pagelaran seni, karena dalam aktivitas pagelaran seni terjadi kolaborasi keilmuan dan keahlian seni serta bidang lainnya yang mendukung. Bentuk kegiatan kokurikuler “cara lainnya” ini mengakui bahwa setiap satuan pendidikan memiliki identitas, konteks, dan kekuatan unik yang patut diangkat dan menjadi sumber belajar. Selama kegiatan tersebut dirancang secara terencana, melibatkan murid secara aktif, terdapat asesmen yang relevan dengan mata pelajaran, serta berorientasi pada delapan dimensi profil lulusan, maka kegiatan tersebut merupakan kokurikuler.
Berikut tahapan pengembangan kegiatan kokurikuler cara lainnya.

BACA JUGA :
- Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi 2025
- Panduan Pengembangan KSP Edisi Revisi 2025
- Panduan Kokurikuler PAUD SD SMP SMA SMK SLB
@Salam Website Nasty
0 Response to "3 Bentuk Kegiatan Kokurikuler, Salah Satunya Kolaborasi Lintas Disiplin Ilmu"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar dengan Jelas dan Sopan